Bahayakah Menggunakan Smartphone saat Hujan?

Dalam kepercayaan masyarakat modern, menggunakan smartphone saat hujan yang disertai petir sangatlah berbahaya. Namun, apakah mitos tersebut dapat dibuktikan dengan sains?

Seperti dikutip dari situs AMTA , Selasa (3/5/2016), seseorang yang berada di luar ruangan saat hujan meningkatkan risiko tersambar petir jika mereka berada di tanah tinggi, di ruang terbuka, di dekat air atau dekat struktur logam besar atau pohon.

Namun, menggunakan ponsel saat hujan tidaklah berbahaya seperti yang dipercaya masyarakat. Pasalnya, ponsel tidak mengandung kandungan logam dengan jumlah yang signifikan. Selain itu, Ponsel adalah perangkat berdaya rendah dan tidak memiliki karakteristik yang menarik untuk sambaran petir.

Hal itu juga ditegaskan oleh peneliti dari Badan Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA) John Jensenius. Menurutnya, ponsel bukanlah benda yang dapat menarik petir.
"Ponsel, barang logam kecil, perhiasan, tidak menarik petir. Orang-orang tersambar karena mereka berada di tempat yang salah pada waktu yang salah," tutup John.

Sumber : m.okezone.com

Tahukah anda, Alasan Mengapa Bumi Harus Berotasi?

Gerakan rotasi bumi menyebabkan datangnya siang dan malam. Hampir setiap hari planet yang dihuni manusia ini melakukan gerakan rotasi, namun tahukah Anda alasan Bumi melakukannya?

Setiap planet dalam tata surya memiliki gerakan rotasi yang unik. Merkurius misalnya, membutuhkan waktu 59 hari untuk berputar 360 derajat. Lain lagi dengan Venus yang membutuhkan waktu 243 hari untuk berotasi.

Jadi apa yang menyebabkan para planet berputar? Untuk memahaminya, mari kembali ke masa lima miliar tahun lalu. Pada masa itu, tata surya hanya berisikan debu dan gas. Lalu terjadilah supernova yang menyebabkan matahari terletak di tengah tata surya. Pecahan debu dan gas berserakan membentuk planet, bulan, asteroid, dan komet.

Setelah ledakan supernova, planet-planet baru tersebut saling bertabrakan satu sama lain. Peristiwa tabrakan itu membuat setiap planet masing-masing memiliki bulan.
Planet Bumi sendiri bertabrakan dengan sangat keras dengan Mars, hal inilah yang menyebabkan terbentuknya bulan. Tabrakan ini juga membuat Bumi akhirnya berputar lebih cepat dari masa sekarang. Pada masa itu, diperkirakan, satu hari hanya berlangsung enam jam.

Terbentuknya bulan sebagai objek langit yang terdekat dengan Bumi membuat gerakan rotasi melambat. Hal ini disebabkan oleh gravitasi dalam Bulan itu sendiri. Demikian seperti dikutip dari NASA.

Sumber : m.okezone.com

Mengenang Kembali Sejarah Hari Pendidikan Nasional di Indonesia

Sejarah Hari Pendidikan Nasional tak lepas dari sosok dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara , pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia di era kolonialisme.

Setiap tanggal 2 Mei, Bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional yang bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, Pahlawan Nasional yang dihormati sebagai Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia.

Sejarah Hari Pendidikan Nasional memang tak bisa dilepaskan dari sosok dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara, sang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.

Ki Hadjar Dewantara yang memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat lahir dari keluarga ningrat di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Ia mengenyam pendidikan di STOVIA, namun tidak dapat menyelesaikannya karena sakit. Akhirnya, Ia bekerja menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.

Selama era kolonialisme Belanda, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau kaum priyayi yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiga tokoh ini kemudian dikenal sebagai "Tiga Serangkai".

Setelah kembali ke Indonesia, ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.

Tiga semboyan
Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan yang selalu ia terapkan dalam sistem pendidikan. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Arti dari semboyan tersebut adalah:

-Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik),

-Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan

-Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan),

Hingga kini, semboyan pendidikan Ki Hadjar Dewantara tersebut sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia dan terus digunakan dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia.

Makna penting pendidikan
Dalam Peringatan Taman Siswa ke-30 Tahun, Ki Hadjar Dewantara mengatakan, “Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu ‘dipelopori’, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri.”

Maksud dari pernyataan Ki Hadjar Dewantara tersebut dengan gamblang menunjukkan apa yang seharusnya lahir dari sebuah proses pendidikan, yaitu “agar anak-anak berpikir sendiri”. Dengan begitu, mereka menjadi orisinal dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan dianggap berhasil ketika anak mampu mengenali tantangan apa yang ada di depannya dan tahu bagaimana seharusnya mereka mengatasinya.

Sumber : nationalgeographic.co.id