Nabi Musa AS merupakan Nabi yang dikirimkan Allah sebagai petunjuk bagi Bani Israil. Ia menyampaikan risalah dari Allah untuk kaumnya berupa kitab suci Taurat yang juga diimani oleh Umat Islam saat ini.
Semasa hidupnya Nabi Musa dan kaumnya harus menghadapi kezaliman dari Raja Firaun serta pengikutnya. Namun karena mukjizat dari Allah SWT Nabi Musa AS berhasil membelah lautan dan menenggelamkan Firaun dan para pengikutnya.Setelah semua yang dihadapi, Nabi Musa berdoa kepada Allah agar menampakkan diri diri-Nya.
Namun apa yang terjadi? Nabi Musa mengalami pengalaman yang begitu dasyat ketika Allah akan menampakkan diri. Seperti apa kondisi Nabi Musa saat akan melihat Rabbnya ini?
Berikut ulasannya...
Hal ini diceritakan langsung oleh Allah SWT melalui ayat Alquran dalam surat Al-A'raf. Ketika itu Nabi Musa meninggalkan kaumnya dan meminta saudaranya Nabi Harun AS untuk memimpin kaumnya.Nabi Musa sendiri naik ke sebuah gunung yakni gunung Sinai (Thursina) setelah menyempurnakan 40 malam dengan berpuasa dan beribadah di atas gunung tersebut.
Allah SWT pun berfirman dan menurunkan Taurat kepada beliau.
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhannya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau…” (QS. Al-A’raf: 143)
Peristiwa ini tentu di luar nalar, pemandangan ini layaknya hubungan sebutir debu yang terbatas fana dengan Wujud zat sang maha pecinpta yang abadi tanpa perantara. Kejadian ini tentu menjadi peristwa yang menakutkan dan membingungkan.
Namun Musa mampu menerima kalimat-kalimat Allah dan membuatnya begitu rindu dan ingin melihat Tuhannya.
Kerinduan Nabi Musa AS kepada Allah SWT membuat Ia lupaakan siapa dirinya. Ia meminta sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan manusia di muka bumi. Ia meminta dapat melakukan penglihatan yang teragung, permintaan yang didorong oleh desakan rindunya, dorongan harapannya, gejolak cintanya, dan keinginannya untuk menyaksikan Allah yang Maha Mulia.Namun dengan belas kasihNya, Allah SWT,
Allah SWT menjelaskan bahwa Nabi Musa tidak akan dapat melihat Allah karena tidak akan mampu. Namun Allah menunjuk sebuah gunung dimana jika gunung tersebut masih berdiri kokoh ketika Allah menampakkan diri maka Nabi Musa bisa melihat sang pecipta ini. Allah SWT berfirman yang artinya:
“ Engkau sekali-kali tidak akan mampu melihatku, tetapi arahkanlah pandangan engkau ke gunung itu. Maka jika ia tetap pada tempatnya , niscaya engkau dapat melihatku...”(QS. Al-A’raf: 143).
Gunung tersebut tampak kokoh berdiri dan lebih kecil keterpengaruhannya dan responnya daripada manusia. Akan tetapi, apakah gerangan yang terjadi?
“Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh…” (QS. Al-A’raf: 143).
Lantas bagaimana bentuk dan cara ‘penampakan diri’ Allah tersebut? Kita tidak bisa menyifati atau mengidentifikasinya. Karena tidak satu pun yang berasal dari Rasul SAW. Alquranul Karim sendiri tidak mengatakan sesuatu pun.Seluruh puncak gunung tersebut tenggelam hingga terlihat rata dengan tanah, hancur berantakan.
Musa sangat takut, dan berlakulah sesuatu pada keberadaan dirinya sebagai manusia yang lemah.
“Dan, Musa pun jatuh pingsan...” (QS. Al-A’raf: 143).
“Maka setelah Musa sadar kembali….”.” (QS. Al-A’raf: 143).
Kembali kepada dirinya, dan mengetahui ukuran kemampuannya, dan menyadari bahwa dia telah melakukan permintaan yang melebihi batas.
“Dia berkata, ‘Mahasuci Engkau….”.” (QS. Al-A’raf: 143).
Mahasuci dan Mahatinggi Engkau, tak mungkin mata manusia dapat melihat dan memandang-Mu. Nabi Musa pun bertaubat dan memohon ampun karena permintaanya terlalu melampaui batas.
“Aku bertaubat kepada Engkau,” .” (QS. Al-A’raf: 143).
Bahwa sebenarnya tiada yang ditampakkan oleh Allah hanya sebesar jari kelingking, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi riwayat Imam Ahmad. Lantas gunung tersebut hancur luluh menjadi abu. Allah SWT yang Maha Tahu.
Sumber : www.infoyunik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar