Investasi Tas Bermerek, Untung atau Rugi?


Kelly bag Hermes, termasuk yang paling banyak dicari.


Salah satu item fashion yang paling digilai wanita adalah tas. Namun, saat ini tas tidak lagi diburu berdasarkan fungsinya. Tas mengalami pergeseran status menjadi barang lifestyle yang dapat mendongkrak gengsi. Ini karena ekslusivitasnya, dengan harga selangit dan diciptakan oleh tangan desainer kenamaan.

Coba saja tengok produsen Hermes yang sengaja membuat Kelly dan Birkin dalam jumlah terbatas. "Bahkan, di Paris pun belum tentu ada," ujar Fitria Yusuf, penulis Hermes Temptation, ketika ditemui VIVAlife. Strategi ini tentu bertujuan untuk meningkatkan permintaan konsumen yang secara otomatis akan meningkatkan harga jual dari tas ini.

Semakin tinggi demand, semakin tinggi harga yang ditawarkan dan semakin banyak orang yang mencari celah bisnis di dalamnya. Bayangkan saja, bagaimana tren tas branded ini bisa berkembang ketika Anda melihat artis papan atas Hollywood menentengnya, atau saat film-film menciptakan glamoritas dengan taburan tas bermerek. "Sex and the City" dan "The Devil Wears Prada", misalnya. Siapa yang tidak akan tergiur melihat kemolekan dan tekstur kulitnya, apalagi kalau itu dihiasi dengan aksesori mewah.

Bagaimana dengan mereka yang kemudian menjadikan tas mahal ini sebagai inverstasi baru. Mari kita tilik untung dan ruginya. "Di Paris itu ada lelang Hermes vintage. Harga yang ditawarkan bisa berkali-lipat mahalnya dari pada yang baru," ujar Fifi, sapaan akrab Fitria Yusuf.

Menurutnya, tas dengan model-model klasik ini bisa menjadi investasi yang menggiurkan, apalagi kalau yang dimiliki termasuk produk limited edition, atau dengan hardware berlapis emas dan bertabur berlian. Jenis ini pasti menjadi incaran para kolektor tas.

Nah, Anda bisa mengambil keuntungan dari sini. Tidak harus tas edisi terbatas, membeli tas bermerek dengan model klasik seperti Birkin dan Kelly pun tak akan membawa kerugian yang besar. "Kalau membeli tas yang modelnya klasik, dijual lagi masih bisa.

Tapi, tas dengan model yang terlalu trendi justru akan mengalami penurunan harga." Meski demikian, Fifi melihat investasi tas bermerek bukanlah sebagai pilihan yang tepat. "Investasi emas atau properti tentu lebih menguntungkan daripada tas. Saat ini, mungkin Hermes sedang booming, tapi 30 tahun ke depan?

Mungkin tidak lagi. Tapi nampaknya, bagi pencinta tas bermerek rugi sedikit dalam menjual tas koleksinya, tak menjadi soal. "Kalau terjual, rasanya puas sekali. Ternyata tas koleksi masih bisa dijual," ujar Charlotte Katoppo, PR Himpunan Pengusaha Fashion Branded Authentic Indonesia (HIPEBRATIC).

Namun, Fifi manawarkan sisi bisnis lain dari kegemaran mengoleksi tas branded, yakni menjadi reseller. Baik tas secondhand ataupun baru, bisa dijual kembali dengan keuntungan yang menggiurkan. Tanpa mengeluarkan modal, karena kita hanya membantu memasarkan. "Sebenarnya, kalau membeli di butiknya itu akan jauh lebih murah.

Tapi karena susah mencarinya, orang- orang jadi banyak yang cari reseller. Harga di reseller itu bisa dua kali lipat karena kalau modelnya klasik akan susah didapat."


¤SumbeR¤

Tidak ada komentar:

Posting Komentar